Kemacetan di Jakarta, akankah berakhir? (Tugas ISD)

/ Selasa, 25 November 2014 /


Bagi masyarakat Indonesia, hal pertama yang akan diingat setelah mendengar kata ‘macet’ tidak lain lagi tertuju kepada ibukota negara kita, yaitu Jakarta.

Menurut perhitungan suatu sumber, kerugian yang telah dicapai negara akibat kemacetan di kota Jakarta tercatat sekitar Rp28 triliun setiap tahunnya. Namun karena semakin meningkatnya jumlah pemilik kendaraan pribadi dan transportasi lain beberapa tahun terakhir, pada tahun 2020 ekonomi negara diperkirakan akan terancam mengalami kerugian sebanyak Rp65 triliun/tahun.

Seperti yang kita ketahui, kepadatan penduduk menjadi penyebab utama kemacetan yang semakin tidak terkendali ini. Karena selain warga asli yang bertempat tinggal di daerah Jakarta, pendatang dari berbagai kota diluar perbatasan pun ikut mengunjungi jantung negara kita ini dengan tujuan untuk mencari nafkah, menuntut ilmu maupun berwisata.

Tidak dapat dipungkiri lagi, Jakarta menjadi incaran banyak masyarakat sebagai wilayah dengan lapangan kerja yang luas dan menjanjikan, fasilitator pendidikan yang baik dan terkemuka, serta menjadi salah satu provinsi yang memiliki cukup banyak tempat wisata untuk dikunjungi para turis dan wisatawan.

Namun ibukota kita terlalu sempit untuk menampung banyak pengunjung tersebut karena keterbatasan wilayah. Sehingga transportasi yang lalu lalang menyebabkan kemacetan dan menimbulkan banyak dampak negatif lain yang menjadikan Jakarta kehilangan daya tariknya.

Selain merugikan ekonomi negara, kemacetan juga dapat berdampak negatif kepada hal-hal lain seperti polusi udara, pemborosan energi dan aktivitas warga sekitar. Spesifiknya bisa kita saksikan ketepatan waktu yang mempengaruhi budaya kedisiplinan masyarakat Indonesia, apakah bangsa kita sudah cukup disiplin dan tertib? Tentu saja belum. Ini terjadi karena kemacetan juga menjadi salah satu faktor yang menghambat kita untuk menjadi individu yang disiplin.

Jakarta tidak pernah sepi akan pengunjung.  Terlebih lagi wilayahnya yang kian menyempit akibat gedung-gedung yang terus dibangun. Bahkan dengan bertambahnya pemilik kendaraan pribadi, bukankah Jakarta terasa semakin sesak? Seharusnya dengan fasilitas transportasi publik yang sudah disediakan, masyarakat bisa lebih menghargai dan menggunakan yang sudah ada untuk mengurangi kemacetan. Namun akibat terpengaruh dunia sosial atau lingkungan sekitar, banyak dari mereka yang kurang peka dan lebih memilih kendaraan pribadi demi kenyamanan dan status semata.

Jika Indonesia dibandingkan negara lain yang lebih berkembang dan lebih maju, sangat banyak kekurangan dalam penataan kota dan jalur jalan. Contohnya bisa kita lihat jalur kereta atau commuter line di ibukota yang memiliki banyak  jalur di tengah jalan raya. Ini juga menjadi salah satu faktor kemacetan karena seringkali menghalangi kendaraan berjalan.

Dan masih banyak alasan lainnya yang menyebabkan kemacetan di Jakarta. Meskipun banyak solusi yang dapat diwujudkan, namun diperlukan waktu yang lama untuk merealisasikan itu. Semoga beberapa tahun kedepan kemacetan di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia bisa berkurang. -RUFI

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Rufi Imanisa, All rights reserved
Design by Rufimns. Powered by Blogger