KEWARGANEGARAAN - TUGAS 2

/ Sabtu, 19 Maret 2016 /
Sebelum memulai cerita, izinkan aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. Hai pembaca, namaku Rufi Imanisa. Di postingan kali ini aku akan menceritakan tentang kebudayaanku sehari-hari dari kecil hingga umurku yang sekarang menginjak kepala dua.

Alasan aku menulis cerita ini karena seorang dosen memberikanku tugas dengan tema kebudayaan milik masing-masing. Meskipun sejujurnya aku tidak begitu paham dengan kebudayaanku sendiri karena lingkungan di sekitarku yang hampir setiap windu berubah secara drastis, namun aku akan berusaha meringkas kisah ini secara menarik.

Dimulai dari latar belakang orang tuaku, aku memanggil mereka dengan sebutan 'papa' dan 'mama'. Papaku memiliki darah padang yang kental mengalir di tubuhnya, tepatnya di Payakumbuh. Sejauh yang kutahu, sebenarnya keluarga besar dari pihak ayahku memiliki nama marga, namun tidak begitu diekspos entah apa sebabnya.

Khusus panggilan, tak begitu banyak perbedaan dengan bahasa indonesia secara umum ketika aku memanggil yang lebih tua. Tante, Om, Nenek, Kakak... mungkin hanya beberapa saja yang kupanggil 'Uni' sebagai sebutan untuk kakak sepupu.

Keunikan dari keluarga pihak papaku ini salah satunya yaitu memiliki tali persaudaraan yang erat, hampir setiap bulan selalu mengadakan acara besar seperti arisan atau meet-up meriah di tempat-tempat yang beragam.

Keunikan lainnya yaitu ketika aku tak sengaja melihat daftar nama anggota keluarga dari nama kakek buyut hingga sepupu-sepupu. Aku dibuat terperangah karena sekitar 90% nama kami diawali dengan inisial huruf 'R'. Mungkin beberapa tidak menggunakannya karena ingin bereksperimen dengan inisial huruf yang lain. Saat kutanya mengapa huruf 'R', papaku menjawab "hanya perjanjian secara tidak formal."

Dan keunikan terakhir yang kutahu, tak satupun dari keluarga besar yang kutahu masih tinggal di Payakumbuh tersebut. Kami semua telah berpindah tempat di daerah sekitaran Jakarta-Bogor. Sedangkan rumah-rumah disana ditinggalkan dan dijaga oleh orang-orang dari luar keluarga yang terpercaya.

Seperti yang diketahui banyak orang, biasanya orang Padang selalu merantau ketika beranjak dewasa, sehingga kebanyakan meninggalkan kampung halamannya. Dan hal itu pun menimpa keluargaku.

Berawal dari tempat kelahiranku di Medan, setelah itu kami berpindah ke Aceh, sempat di Pekan Baru, kemudian di Cilegon, Karawang, Jakarta, dan sekarang aku tinggal di Depok. Mungkin beberapa tahun kedepan aku akan berpindah tempat lagi karena ada alasan yang tidak bisa kujelaskan secara rinci disini.

Sebenarnya berpindah-pindah itu cukup melelahkan, selain harus mengemasi banyak barang, keluargaku harus beradaptasi ulang dengan lingkungan baru. Mencoba ramah dengan tetangga dan menyesuaikan diri dengan rutinitas yang cukup asing juga mempengaruhi perilaku dan mengasah mental kami. Ada sisi positif, adapula sisi negatifnya. Namun setiap hal yang kami lalui tetap kami ambil saja manfaatnya.

Kembali ke cerita awal, meskipun papaku berasal dari Payakumbuh, namun tak sekalipun kami sekeluarga pernah berkunjung ke daerah Sumatera Barat. Selain tak memiliki alasan untuk kesana, orang tuaku lebih memprioritaskan kami untuk pulang ke kampung mamaku di Medan, Sumatera Utara.

Nah, jangan ambil kesimpulan bahwa aku orang Batak yah. Meski seluruh anggota keluargaku lahir di Medan (kecuali adik bungsu), tak satupun dari kedua orang tuaku memiliki darah orang sana. Mamaku hanya tinggal disana seumur hidupnya sebelum menikah karena kakek-nenekku yang memutuskan untuk hidup disana sampe detik ini. Aku memanggil mereka dengan sebutan Mbah dan Oma.

Alhamdulillah Mbah dan Omaku masih hidup dan tinggal di Medan karena gaya hidup mereka yang cukup sehat, tidak seperti Datuk dan Nenekku yang sudah wafat karena terkena penyakit dan faktor umur. Biasanya, 3-5 tahun sekali kami sekeluarga berkunjung ke Medan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Mungkin beberapa dari pembaca ada yang bingung tentang latar belakang mamaku? Oke, jadi begini ceritanya. Saat kutanya darimana mamaku berasal, beliau selalu menggeleng dan mengangkat bahu karena tidak begitu tahu juga darimana asalnya.

"Mbah sih orang Jawa, kalo Oma campur Manado-Belanda." Ujar mamaku suatu hari saat kutanya serius.

"Jadi... mama orang Jawa dong?" Aku mengangkat alis, keheranan.

"Iyakali, terserah kamulah mau nganggep orang mana."

"HAHAHAHAHA YAELAH MAM, MANA MUKA JAWANYA?" Aku terbahak karena tak segarispun ciri wajah Mamaku mengisahkan latar belakang ke-Jawa-annya.

Selain putih pucat dan awet muda, Mamaku ini memiliki hidung yang mancung dan tulang pipi yang menonjol. Sangat jauh dari ciri-ciri wajah orang Jawa. Oleh karena itu aku tidak pernah begitu mengetahui identitas atau latar belakang mamaku.

Bahkan ketika aku mencari tahu tentang latar belakang kepada omaku, beliau justru malah menceritakan tentang anggota keluarganya yang begitu banyak. Namun saudara-saudaranya itu ternyata bukan kandung, melainkan anak angkat yang diselamatkan saat peperangan/masa penjajahan waktu itu. Begitulah asal-usul mengapa aku juga bisa memiliki sepupu berdarah cina, filipina, dan lain-lainnya.

Semua keluarga mamaku tetap tinggal di Medan, lain halnya dengan mamaku yang selalu berpindah tempat dan melalui banyak hal, kendati mamaku sebenarnya adalah anak bungsu.

Setiap aku mengunjungi seluruh saudaraku di Medan, aku selalu menyesuaikan nada dan aksen suaraku saat bercakap dengan mereka. Sebenarnya tidak begitu banyak perbedaan kosakata, namun aku sering terkecoh karena beberapa bahasa yang mereka pakai memilik arti terbalik dengan bahasa indonesia.

Dan begitulah cerita tentang latar belakang kebudayaanku, mungkin agak membosankan karena terlalu panjang. Kesimpulannya sih aku sukar berbicara dalam bahasa daerah asalku, terutama bahasa padang yang tak pernah kupelajari sebelumnya. Dan kebiasaan dalam keseharianku sudah dipengaruhi oleh era globalisasi ini, jadi ciri asalku tidak begitu kentara oleh mata orang lain.

Yang jelas, untuk orang-orang diluar sana yang selalu keliru dan mengira aku orang 'sunda', dengan berbangga aku tekankan bahwa aku (sepertinya) orang padang. HEHE. Sekian!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Rufi Imanisa, All rights reserved
Design by Rufimns. Powered by Blogger